Minggu, 09 Januari 2011

Mozaik, Mencari Kepingan Puzzle yang Terserak


Hidup, bagaikan sebuah mozaik. Setiap waktu yang kita lewati, kejadian yang kita alami adalah kepingan puzzle yeng terserak. Satu demi satu kepingan-kepingan itu akan kita temukan menjadi sebuah gambaran utuh diri kita.

Mungkin, sebagian orang akan dengan mudah menemukan kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi sebuah gambar yang utuh. Namun tidak sedikit orang yang dengan bersusah payah mencari kepingan puzzlenya, bahkan ketika menemukannya pun, ia tidak segera bisa mengenali, gambar mana yang mencerminkan dirinya.

Orang Dengan Skizofrenia adalah satu dari sedikit orang itu. Ia tidak bisa melihat gambaran dirinya dengan jelas. Sangat sulit baginya untuk mendefinisikan perasaan apa yang berkecamuk di hatinya. Apakah dia sedih atau bahagia. Apakah dia benci atau cinta. Kadang dalam tawanya ia menangis, begitu pula ia tertawa dalam tangisannya.
Apa yang terjadi dalam hidupnya masih menjadi misteri. Seperti hutan Rata Penuhlebat yang pekat tiada cahaya untuk disusuri. Seperti mencari bayangan di saat gerhana. Ia bahkan tidak pernah tahu sampai kapan ini berakhir.

Maka, ia perlu seseorang yang mencintai dan mengasihinya dengan tulus. Seseorang, yang membantu menemukan puzzle-puzzle yang terserak diantara puing-puing hati yang rapuh. Lalu menyusunnya menjadi suatu gambaran yang utuh. Mengambilkan cermin dan berkata, ini lah dirimu yang sebenarnya. Begitu indah dengan keunikannya.

Seandainya semua orang di dunia seperti itu. Berani menghadapi kehidupan, berani mendampingi, berani mengajak berjalan bersama. Tidak merasa malu atau merendahkannya. Mungkin, akan ada secercah cahaya untuk penderita skizofrenia. Bisa jadi, mereka lebih tegar dalam menghadapi hidup. Tak kan pernah terbersit dalam pikiran mereka untuk mengakhiri hidup sebelum tiba saatnya. Bangsal-bangsal rumah sakit jiwa pun akan semakin sepi pengunjung.

Dari sedikit orang yang berani itu, merekalah orang-orang yang terkumpul dalam kisah Mozaik,Kisah Inspiratif tentang Mereka yang Hidup Bersama Orang dengan Skizofrenia. Mbak Tika, seorang dokter yang tidak pernah lelah dan putus asa memberikan motivasi pada pasiennya. Dia lah saksi dari ketidakadilan dan kedzoliman yang dialami ODS. Mas Bagus, seorang adik yang selalu setia mendampingi kakaknya melewati masa-masa sulit, ketika orang lain tidak perduli padanya. Mbak Iva adalah seorang anak yang begitu mencintai ibunya, separah apa pun kondisinya. Dalam hatinya, sang Ibu adalah orang yang paling hebat di dunia. Begitu juga mbak Lofi, dengan kondisi adiknya yang sangat emosional, dengan sabar ia memberikan pengertian dan menjawab setiap lontaran dan bentakan. Bahkan, kondisi anaknya yang berubah seratus delapan puluh derajat dari apa yang ia harapkan, tidak sedikit pun mengurangi rasa cinta pada putranya yang menderita skizofrenia Paranoid.

Ada banyak kisah yang tertulis, pun yang tidak sempat tertuliskan. Ada banyak cinta yang harusnya diabadikan. Tapi apalah arti keabadian, cinta bukanlah batu nisan yang ditancapkan untuk dikenang. Namun cinta sendirilah yang akan terus hidup tanpa mengenal batas ruang dan waktu.
Mozaik, yang disusun oleh dr. Tika Prasetiawati dan Bagus Utomo, dua orang aktivis pemerhati ODS dan gangguan psikomatis, seperti oase di padang gurun bagi mereka yang mendampingi para ODS. Kisah-kisah dalam buku ini mengajarkan kita, sesulit apa pun kondisinya, tidak ada alasan untuk menelantarkan ODS begitu saja.
Dengan cinta dan ketulusan hati, mereka membuktikan badai sehebat apa pun bisa dihadapi.
Hingga perlahan akhirnya mereka melihat pelangi harapan yang muncul seusai hujan.


Jika saja boleh memilih, tak seorang pun mau ditakdirkan menjadi penderita skizofrenia (Tika Prasetiawati, 2010:121). Namun, tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari takdir. Kehidupan ini pun tercipta karena campur tangan Takdir. Bisa jadi, Tuhan mendidik kita melalui orang-orang yang butuh kita tolong. Tuhan menguji kesabaran kita melalui keluarga yang jauh dari harapan dan idealisme kita. Agar kita belajar memeberi, mengasihi, dan ikhlas menerima.