Rabu, 11 Mei 2011

schizophrenic cepat lelah?

Ada sahabat ODS yang mengeluh mengapa dia merasa cepat lelah. Sebenarnya aku juga merasa demikian. Seringkali kepalaku pusing dan mendadak sakit. Kalau dibandingkan dengan teman-temanku, sebenarnya kegiatanku sama dengan mereka.Namun kalau dibuat berpikir agak berat. aku jadi cepat stress.

adakah sahabat yang punya cara yang jitu untuk mengatasinya?

Seorang teman mengatakan dengan minum vitamin badan jadi lebih segar. Apalagi minum madu dan habatussaauda'. Hmm... sepertinya aku harus mencobanya.
yang pasti sekarang bagaimana caranya mengatur waktu agar bisa produktif. Bekerja dan belajar... utamanya mengerjakan skripsi...
Yang satu ini memang bikin stress dan kepala pusing. Orang normal aja merasa berat mengerjakan skripsi. Apalagi ODS seperti aku....

Tapi yakin aja dengan pertolongan Allah.. pasti semuanya akan berjalan dengan sukses....

Everything will be alrite guys.......

Sabtu, 05 Maret 2011

Slowly but surely


Slowly but surely. Perlahan tapi pasti akhirnya aku bisa melewati masa-masa sulit yang menguras emosi. Mulai dari belajar menahan marah, tidak ngomel:), atau pun terburu-buru dalam mengerjakan sesuatu. Aku mulai belajar bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik. Terutama dalam memanajemen diri sendiri. Bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu dalam satu hari agar tidak terbuang sia-sia,

Aku belajar untuk mem-planning apa yang bisa kukerjakan esok hari. Memilah-milah kebutuhan mana yang harus di dahulukan. Menyeleksi masalah mana yang benar-benar harus dipikirkan dan mana yang kita lalui begitu saja. Aku mulai mengidentifikasi mana yang baik dan bermanfaat bagiku, dan mana yang kurang penting. Belajar mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang, dan tidak grusa-grusu.

Jika dahulu, aku melakukan apa saja yang kusukai tanpa memperdulikan bagaimana perasaan orang lain. Sekarang aku mulai bisa "membaca" perasaan seseorang. Apakah orang itu nanti tersinggung atau marah dengan apa yang aku lakukan. Seiring berjalannya waktu, aku belajar beradaptasi dengan lingkungan tempatku tinggal. Berinteraksi dengan orang-orang baru. Membuka diri, dan menambah wawasan. biar tidak kuper:)

Kalau Pak "Sigmeund Freud" bilang, penderita skizofrenia tidak bisa memfungsingkan "ego" nya karena "id" yang dominan, sekarang aku sedikit banyak bisa mengendalikan "ego"ku. Rasanya aku bisa menemukan jati diri ku yang sebenarnya. Mulai menapaki dan merencanakan masa depan. Alhamdulillah sekarang aku bisa cari uang sendiri. Aku memberikan les privat dan menjadi asisten dosen di Fakultas tempatku kuliah. Meskipun hasilnya tidak banyak, tapi lumayan bisa untuk menambah uang saku.

Sampai sekarang pun aku masih minum obat. tapi dosisnya sudah dikurangi. Dan perlahan, aku mencoba bisa terlepas dari obat. Meskipun tidak bisa sepenuhnya. Aku berharap suatu hari nanti aku bisa mandiri. Tidak bergantung pada orang lain. Tidak lagi menyusahkan orang tua. Dan bisa bekerja seperti layaknya orang yang sehat.

Aku tahu, ini semua butuh perjuangan yang tidak mudah. Tapi jika kita berusaha, pastilah kita bisa mendapatkan hasil yang sesuai dengan usaha kita. Bukankah Tuhan tidak tidur? Bukankah Tuhan Mahabaik? Dan bukankah Ia Pemilik Segala Suatu di bumi ini?
Tidak perlu berputus asa dan menagisi apa yang telah terjadi. Kita tidak bisa menghindar dari takdir. Namun kita diberi kekuatan untuk melawan hal-hal buruk yang terjadi pada kita. Tetap semangat dan terus mencoba ^-^

Minggu, 06 Februari 2011

Kopdar KPSI, building friendship and family :)



Alhamdulillah... kopdar KPSI daerah Malang dan sekitarnya telah berjalan dengan lancar.

Al we have done is not just sharing but also bulding friendship and family :)

Seneng banget bisa berbagi bersama ODS, ODB, keluarga penderita, dan para psikolog dan psikiater. Kita bisa banyak belajar dari mereka. Ada Feril yang ODS tapi tulisannya bisa dimuat di Jakarta Post, Annyta yang hobby gambar, Mas David yang meskipun sakit masih sempet jadi asisten Lab. Trus ada bu Yuniar, Bu wiwid,para psikiater yang cantik dan ramah :). Pak Aris, Bu Evi, Bu Tri, dan para caregivers lainnya yang selalu semangat memberikan motivasi pada penderita. Mas Bagus, keluarga penderita yang datang jauh-jauh dari Jakarta banyak berbagi pengalaman dan cerita. Pak Yudhono, yang tetap sabar dan konsisten dalam menghadapi putranya.Dan semuanya yang nggak cukup kalo ditulis di sini. :)

Dari cerita dan pengalaman yang kita bagi bersama ada beberapa "teknik" yang bisa dilakukan ODS dan ODB agar mereka bisa berkomunikasi sekaligus survive dalam menghadapi hidup. Teknik ini bukan sekedar teori tetapi terbukti bisa membantu mereka saat terkena symptomp.
1. Memaknai apa yang terjadi pada kita apa adanya.
Biasanya ODS/ODB cenderung memaknai suatu peristiwa dengan makna "mistis". Misalnya, ketila dompetnya hilang ia mereasa harinya akan dirundung kesialan atau mendapatkan karma dari kesalahannya di masa lalu.
2. Motivasi diri sendiri
Gunakan kata-kata bernada positif, alih-alih negative thinking pada apa yang telah kita lakukan. Berikan apresiasi dan penghargaan pada diri sendiri, seperti : " Alhamdulillah, hari ini aku udah nggak marah-marah lagi, semoga besok emosiku bisa stabil.
3. Berpikiran runtut dan teratur
Untuk mengura pemikiran kita yang cenderung rumit, bisa berdiskusi dengan orang lain. Bisa juga menuliskannya di buku harian, kemudian dibacakan kepada kerabat dekat atau orang yang dipercaya. Dengan begitu orang lain akan mengerti apa yang kita pikirkan.
4. Saran dari Mas Nadhif, mahasiswa psikologi semester akhir yang sedang melakukan penelitian : teknik menjaga kontak mata dengan lawan bicara, keep smile, mengatur tinggi rendahnya suara, intinya meningkatkan kecerdasan interpersonal kita agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Namun cara apa pun yang kita lakukan untuk bisa sembuh dari penyakit ini, butuh waktu yang lama untuk melakukan proses belajar. Penyakit ini tidak sama dengan sakit flu yang sekali minum obat besok langsung sembuh.
Skizofrenia, bipolar dan gangguan kejiwaan lainnya merupakan sebagian refleksi dari luka hati, kekecewaan, keputusasaan, kebimbangan dan keterpurukan seeorang. Perlu waktu untuk menyembuhkannya. Tidak hanya dari sisi medis saja, tetapi juga keluarga, masyarakat, dan penderita itu sendiri.

So, tetap semangat . Mari kita hapus stigma negatif pada penderita skizofrenia. Kita buktikan kalau kita isa mandiri dan berpikiran dewasa. Chayoo!!!

Jumat, 04 Februari 2011

Pada suatu ketika


Wong takon
Wong sing tur kang angkoro
Antarane riko aku iki

Sumebar ron ronane koro
Janji sabar
Sabar sak wetoro wektu

Kala mangsane
Titi kolo mongso

Pamudjiku ti biso
Sinutra korban jiwanggo
Pamungkase kang tur angkoro
Titi kolo mongso

by sudjiwo Tedjo

Buat sahabatku I**a
yang telah pergi mendahuluiku


Malam ini, aku tak sabar menunggu pagi
besok ada kopi darat KPSI Malang
aku telah mengundang banyak ODS, ODB, dokter, peneliti.
Dan aku berharap mereka datang.

Ka, kau tahu ini adalah impianku
sejak kau pergi
memilih jalan sunyi mu sendiri
aku berjanji
tidak akan membiarkan orang lain memilih jalan sepertimu
bukan berarti aku menyalahkan apa yang telah kau putuskan
tapi itu terlalu sakit Ka,
dan kau sendirian
terlalu banyak luka yang kau sembunyikan
terlalu banyak beban yang harus kau tanggung

saat itu aku tak bisa berbuat banyak
dan aku pun membiarkan mu pergi begitu saja
aku.... tidak bisa melakukan apa-apa

Kini aku bisa Ka.... aku bertemu orang-orang hebat yang penuh semangat

tapi kau tidak ada........
aku menjalaninya sendirian

maaf kan aku yang terlalu lama bersembunyi di balik sikap pengecutku
tidak berani menantang badai
kini aku berani Ka...
aku bisa berdri

tapi kau tak ada
kau tak ada
kau tak ada.................

Minggu, 09 Januari 2011

Mozaik, Mencari Kepingan Puzzle yang Terserak


Hidup, bagaikan sebuah mozaik. Setiap waktu yang kita lewati, kejadian yang kita alami adalah kepingan puzzle yeng terserak. Satu demi satu kepingan-kepingan itu akan kita temukan menjadi sebuah gambaran utuh diri kita.

Mungkin, sebagian orang akan dengan mudah menemukan kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi sebuah gambar yang utuh. Namun tidak sedikit orang yang dengan bersusah payah mencari kepingan puzzlenya, bahkan ketika menemukannya pun, ia tidak segera bisa mengenali, gambar mana yang mencerminkan dirinya.

Orang Dengan Skizofrenia adalah satu dari sedikit orang itu. Ia tidak bisa melihat gambaran dirinya dengan jelas. Sangat sulit baginya untuk mendefinisikan perasaan apa yang berkecamuk di hatinya. Apakah dia sedih atau bahagia. Apakah dia benci atau cinta. Kadang dalam tawanya ia menangis, begitu pula ia tertawa dalam tangisannya.
Apa yang terjadi dalam hidupnya masih menjadi misteri. Seperti hutan Rata Penuhlebat yang pekat tiada cahaya untuk disusuri. Seperti mencari bayangan di saat gerhana. Ia bahkan tidak pernah tahu sampai kapan ini berakhir.

Maka, ia perlu seseorang yang mencintai dan mengasihinya dengan tulus. Seseorang, yang membantu menemukan puzzle-puzzle yang terserak diantara puing-puing hati yang rapuh. Lalu menyusunnya menjadi suatu gambaran yang utuh. Mengambilkan cermin dan berkata, ini lah dirimu yang sebenarnya. Begitu indah dengan keunikannya.

Seandainya semua orang di dunia seperti itu. Berani menghadapi kehidupan, berani mendampingi, berani mengajak berjalan bersama. Tidak merasa malu atau merendahkannya. Mungkin, akan ada secercah cahaya untuk penderita skizofrenia. Bisa jadi, mereka lebih tegar dalam menghadapi hidup. Tak kan pernah terbersit dalam pikiran mereka untuk mengakhiri hidup sebelum tiba saatnya. Bangsal-bangsal rumah sakit jiwa pun akan semakin sepi pengunjung.

Dari sedikit orang yang berani itu, merekalah orang-orang yang terkumpul dalam kisah Mozaik,Kisah Inspiratif tentang Mereka yang Hidup Bersama Orang dengan Skizofrenia. Mbak Tika, seorang dokter yang tidak pernah lelah dan putus asa memberikan motivasi pada pasiennya. Dia lah saksi dari ketidakadilan dan kedzoliman yang dialami ODS. Mas Bagus, seorang adik yang selalu setia mendampingi kakaknya melewati masa-masa sulit, ketika orang lain tidak perduli padanya. Mbak Iva adalah seorang anak yang begitu mencintai ibunya, separah apa pun kondisinya. Dalam hatinya, sang Ibu adalah orang yang paling hebat di dunia. Begitu juga mbak Lofi, dengan kondisi adiknya yang sangat emosional, dengan sabar ia memberikan pengertian dan menjawab setiap lontaran dan bentakan. Bahkan, kondisi anaknya yang berubah seratus delapan puluh derajat dari apa yang ia harapkan, tidak sedikit pun mengurangi rasa cinta pada putranya yang menderita skizofrenia Paranoid.

Ada banyak kisah yang tertulis, pun yang tidak sempat tertuliskan. Ada banyak cinta yang harusnya diabadikan. Tapi apalah arti keabadian, cinta bukanlah batu nisan yang ditancapkan untuk dikenang. Namun cinta sendirilah yang akan terus hidup tanpa mengenal batas ruang dan waktu.
Mozaik, yang disusun oleh dr. Tika Prasetiawati dan Bagus Utomo, dua orang aktivis pemerhati ODS dan gangguan psikomatis, seperti oase di padang gurun bagi mereka yang mendampingi para ODS. Kisah-kisah dalam buku ini mengajarkan kita, sesulit apa pun kondisinya, tidak ada alasan untuk menelantarkan ODS begitu saja.
Dengan cinta dan ketulusan hati, mereka membuktikan badai sehebat apa pun bisa dihadapi.
Hingga perlahan akhirnya mereka melihat pelangi harapan yang muncul seusai hujan.


Jika saja boleh memilih, tak seorang pun mau ditakdirkan menjadi penderita skizofrenia (Tika Prasetiawati, 2010:121). Namun, tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari takdir. Kehidupan ini pun tercipta karena campur tangan Takdir. Bisa jadi, Tuhan mendidik kita melalui orang-orang yang butuh kita tolong. Tuhan menguji kesabaran kita melalui keluarga yang jauh dari harapan dan idealisme kita. Agar kita belajar memeberi, mengasihi, dan ikhlas menerima.